Seni Budaya Antara Ada dan Tiada, ACC Berbincang Santai Dengan Cawagub Sumut Hasan Basri Sagala

Katapublik Medan, Seni budaya merupakan sebuah adat istiadat, tradisi, dan eksistensi yang merupakan ciri khas bagi suatu bangsa. Melestarikan seni budaya harus terus dilakukan oleh setiap pelaku seni agar seni tidak redup dan menghilang dari muka bumi ini. Namun hal itu yang menjadi dilematis bagi para pelaku seni yang ada di Sumatera Utara, “Antara Ada dan Tiada”. Demikian yang dikeluhkan oleh puluhan Seniman yang tergabung dalam Art Community Collaboration (ACC) Sumut saat berbincang santai dengan Hasan Basri Sagala, Bakal Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara di Joint Cafe, Jalan Pertahanan Medan, kamis (12/9/2024).

“Tak bisa lagi kami ungkapkan dengan kata-kata nasib seniman pinggiran ini. Kami ada tapi tak dianggap ada,” kata Anton Rusli, seniman Medan.

Beliau adalah seorang penyanyi dan juga pemain perkusi terkenal ini mengaku sudah terlalu lama nasib seniman di Medan dan Sumatera Utara ini tak dianggap pemerintah Provinsi dan Kabupaten, Kota. Sebab seni hanya dipandang sebagai hobi bukan sebagai sebagai profesi. Ironisnya pekerja seni atau seniman hanya dilihat tidak lebih dari penghibur. Dimana peran pemerintah terhadap seniman khususnya di Sumatera Utara.

Seniman lainnya, Masdha Lusiana Silaban dari Art Community Colaboration Sumut (ACC Sumut) mengatakan, sejauh ini pemerintah belum berbuat banyak untuk perkembangan Seniman dan Pemusik di Sumut.

“Saya sedikit bercerita, saya ini ada undangan ke Bali acara Gondang Naposo Tortor se-Pulau Dewata. Karena susahnya mengundang dengan membawa Sumut, akhirnya saya diundang secara pribadi,” kata Masdha.

Masdha mengungkapkan, untuk mengikuti kegiatan bergengsi itu ia mesti bersusah payah mencari sponsor. Meski akan mendapatkan honor dari acara tersebut, tapi tak bisa menutupi semua pembiayaan akomodasinya.

Padahal kata Masdha, dirinya membawa misi mengkampanyekan dan mengorbitkan budaya serta karya lokal Sumut di kancah Nasional maupun Internasional.

“padahal di acara itu akan diundang konsul-konsul dari Jakarta, dari negara lain juga. Kebetulan kita juga sudah ada undangan dari Korea Selatan. Saya sendiri prihatin, semoga nanti jika Pak Edy dan Bang Hasan terpilih, akomodir lah kami,” katanya.

Menanggapi keluhan seniman Sumatera Utara itu, Hasan mengatakan, pada esensinya, baik pihak pemerintah maupun swasta sebenarnya memiliki anggaran pembinaan kemajuan pembangunan sumber daya manusia daerah lewat sektor seni dan budaya.

Ia menambahkan, para Seniman yang berkarya secara independen saja bisa maju, apa lagi jika mendapatkan pembinaan dari berbagai pihak. Tentu hal itu berdampak baik bagi perkembangan budaya lokal.

“Anggaran ada untuk proses pemajuan kebudayaan daerah lewat sektor Seniman dan Pemusik. Apa lagi jika yang diangkat menjadi tema-tema karya tersebut merupakan identitas budaya lokal. Sehingga kita dikenal di dunia luar,” ujar Hasan.

Hasan juga mengatakan, penguatan kapasitas soal Seni dan Musik di Sumut juga bisa dilakukan lewat pendidikan di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi. Bahkan, Seniman juga bisa ikut nimbrung di ranah politik.

“Seperti pelajaran muatan lokal (mulok) di sekolah, itu juga bisa menjadi solusi. Ya, tentunya kita do’akan juga agar para Seniman bisa berjuang lewat jalur politik agar saudara-saudara kita ini bisa berdaulat atas karyanya,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *